ZNEWS.ID BANYUMAS – Penyakit Tidak Menular (PTM) masih menjadi beban bagi negara. Berdasarkan hasil data World Health Assembly, 73% kematian di Indonesia disebabkan oleh kelompok penyakit ini seperti hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan kanker.

Ironisnya, 80 persen PTM disebabkan oleh gaya hidup yang sejatinya dapat dicegah. Salah satu, faktor resiko PTM yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah hipertensi.

Kepala LKC Dompet Dhuafa Jateng, Titi Ngudiati, mengungkapkan bahwa keprihatinannya terhadap peningkatan prevalensi PTM mendorong LKC Dompet Dhuafa meluaskan jangkauan program yaitu melalui program Aksi Layanan Sehat (ALS) dan pengembangan Pos Sehat.

LKC Dompet Dhuafa Jawa Tengah (Jateng) melaksanakan Aksi Layanan Sehat (ALS) berupa skrining PTM (Penyakit Tidak Menular) dan pengobatan umum dalam Pelantikan GP Ansor dan Pengajian Rutin LKS Hidayah Desa Pekaja, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 

ALS, kata Titi, sebagai upaya deteksi dini dan edukasi pada kelompok sasaran individu. Sementara, Pos Sehat berbasis komunitas sebagai upaya pemantauan faktor risiko, pengembangan kapasitas kader kesehatan, serta peningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program kesehatan dan sosialisasi PTM kepada para pemangku kebijakan di level desa wilayah sasaran.

“Saat ini, jangkauan ALS diperluas untuk mendorong dan kampanye keterlibatan berbagai pihak untuk melakukan langkah yang sama berupa deteksi dini,” katanya.

LKC Dompet Dhuafa Jawa Tengah (Jateng) melaksanakan Aksi Layanan Sehat (ALS) berupa skrining PTM (Penyakit Tidak Menular) dan pengobatan umum dalam Pelantikan GP Ansor dan Pengajian Rutin LKS Hidayah Desa Pekaja, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 

Titi menambahkan, LKC Dompet Dhuafa Jateng tidak sendirian, yakni melibatkan peran Civil Society Organization (CSO) sebagai mitra penyelenggara atau pembiayaan.

Seperti beberapa waktu lalu, LKC Dompet Dhuafa Jawa Tengah (Jateng) melaksanakan ALS berupa skrining PTM dan pengobatan umum sebagai upaya deteksi dini faktor risiko dengan penerima manfaat 130 jiwa.